.

Breaking News

Rabu, 27 November 2013

MENARUH HARAPAN PADA SEBUAH BIDUK

Laporan Marian Mizani/ABDYANEWS/ Blangpidie
Kayu yang berukuran kurang lebih enam meter itu, dengan dibentuk agak mendalam, serta dipariasi dua helai papan samping, kian Nampak keelokan biduk yang hampir tiap hari dikendarai syahril (22) tahun, salah seorang pengangangkut jasa pasir  didesa  Pante gelima kecamatan susoh Aceh barat Daya.
             Syahril, merupakan salah seorang mahasiswa di perguruan tinggi dikabupaten Aceh barat daya; kepada Media ini minggu, 24 november 2013, menyampaikan tentang pengalamannya . beberapa waktu lalu.
“Terkadang seusai pulang kuliyah, saya cepat-cepat ganti pakaian dan mempersiapkan tenaga yang ekstra dikarenakan waktu  yang  sangat singkat bagi saya,dikarenakan harus berkejaran dengan terbenamnya matahari,dan meskipun saya sudah berusaha semampu saya,terkadang hanya bisa mendapatkan dua biduk pasir,dikarenakan datangnya hawa dingin yang merasuk tubuh saya”
           
Memang tidak semuah yang kita bayangkan,disamping memerlukan pengalaman,disamping memerlukan pengalaman,pekerjaan inipun memerlukan ketahanan tubuh yang kuat.
“Sering saya,merasakan pegal dibagian pinggang,karena tiap harinya harus mendayung biduk yang saya kendarai,dan dimalam harinya,saya sering merasakan sakit dibagian kepala yang disertai pilek berkepanjangan,memang sangat  susah mencari pasir didasar sungai,jika tidak diawali dengan  pengalaman”. Ungkap syahril.
Hal yang senadapun juga disampaikan Sulaiman (47) tahun, “ Terkadang saya sering merasakan sakit,namun apa yang harus dikata,memang sungai itu yang menjadi lading bagi kami untuk mencari nafkah”. Ungkap pria 4 orang anak itu.
               
jelas memang,atas pengorbanan yang dilakukan oleh sulaiman,meskipun usianya yang hampir  memasukikategori tua,yang namun rasa tanggung jawab terhadap keluarga menjadi pendorong  bagi sulaiman untuk bekerja menjadi pengangumpul pasir didasar  sungai.
Terpaan angion yang disertai,dinginnya air,bukanlah menjadi suatu masalah,dengan kondisi ekonomi yang carut marut,terpaksa masyarakat untuk beralih propesi pekerjaan,katakana lah Khairul (nama samara) yang dulunya berpropesi sebagai padagang sayur-sayuran,sekarang mesti beralih proppesi ketukang pengumpul jasapasir diasar sungai, khairul beralihnya pekerjaan  bukan tidak ada sebab, justru khairul haruus segera mencari  pekerjaan sampingan, dikarenakan barang dagangan yang selama ini dibawa kepinggiran kota, banyak tidak habis,jangankan mendapat untung,malah rugi besar yang kkhairu peroleh, dengan sebab tidak adanya pembeli yang dating.”Bagaimana saya tidak beralih pekerjaan,coba saja adek lihat  bagaimana ekonomi sekarang,tidak ada  tempat bagi kami selaku pedagang kaki lima untuk memperoleh untung,bahkan banyak yang tidak  laku,jika saya tidak beralih pekerjaan, mau saya kasih apa keluarga saya nanti” ungkap Khairul dengan rasa kesal terhadap pemerintah.
             Meskipun penghasilan pengumpul agak lumayan,yang namun  rintangan rintangan yang memang menjadi lawan bagi mereka,apalagi disaat musim hujan yang berkepanjanagn,mereka Cuma bisa pasrah dan duduk dan duduk dirumah sebagai pengangguran,dan ditambah lagi tiap harinya mereka harus memenuhi kebutuhan keluarga yang memang harus mereka penuhi. “memang penghasilan sebagai pengumpul pasir agak lumayan,namun sangatlah banyak rintangan yang harus kami tempuh,apalagi disaat musim hujan,kami hanya bisa  pasrah menjadi pengangguran yang hanya bisa duduk dirumah,dan apalagi tiap harinya kami harus memberikan nafkah untuk keluarga,jika kita berharap kepada pemerintah,kami rasa tidak ada bedanya juga, toh hari ini pemerintah sibuk keluar daerah, mana sempat ingat kepada kami selaku masyarakat”. Ungkap sumber ini Mengeluh ***

Komentar Anda Disini !

Copyright © 2010 - Abdyanews
Designed By Xplory Design