.

Breaking News

Minggu, 27 Oktober 2013

EKONOMI ABDYA BERGERAK SEPERTI JALAN “KURA-KURA”

Fadhli Ali, pemerhati ekonomi dikawasan
Aceh Barat Selatan dan ketua Panitia
Penggalangan Dukungan Faktual (P2F)
Masyarakat Abdya untuk pemekaran
Provinsi Aceh Barat Selatan (ABAS)
Pertumbuhanekonomirakyat di Aceh Barat Daya (Abdya), hingga kini belum terlihat geliatnya. Begitulah yang tampak serelah 1 tahun era pemerintah Jufri danYusrizal, Program peningkatan ekonomi rakyat yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sejauh ini masih bersifat kegiatan reguler dan konfensional, artinya belum terlihat ada terobosan baru yang dapat menjadi poros sekaligus tuas pengungkit ekonomi di Abdya. Seperti diungkapkan Fadhli Ali, pemerhati ekonomi dikawasan Aceh Barat Selatan dan ketua Panitia Penggalangan Dukungan Faktual (P2F) Masyarakat Abdya untuk pemekaran Provinsi Aceh Barat Selatan (ABAS), bahwa Abdya memilik ipontensi ekonomi yang menjanjikan untuk mensejahterakan rakyat. Nah apa saja tanggapan dan solusi untuk pemerintah Abdya, terkait dengan satu tahun kepemimpinan Jufri dan yusrizal di bidang ekonomi. Berikut wawancara JulidaFisma dari Aceh Barat Daya (ABDYANEWS), di blangpidie. RabuPekanLalu.


Bagaimana Menurut Anda Setahun Kepemimpinan JIHAD?
Lansam dan biasa-biasa saja. Bahkan cenderung melambat dibanding sebelumnya. Fokus perhatian pemerintah dibidang perekonomian belum begitu terang benderang, alias masih buram. Saya juga mempelajari dokumen RPJM dan Renstra yang sudah disusun pemerintah Abdya, selain berkutat pada sektor pertanian/perkebunan sektor lain masih minim perhatian Pemkab Abdya. Rakyat terlanjur menaruh harapan besar pada pangan Jufri-Yusrizal. Sementara setahun ini kinerja pemerintah masih sangat jauh dari harapan rakyat.

Alasannya?
Diseputaran pusat kota Blangpidie beberapa pertokoan belum ada penyewa, seperti di jalan pendidikan dan jalan Haji Ilyas. Ini pertanda perekonomian daerah sedang “sakit”. Pemandangan serupa juga terjadi disekitar kota, masih banyak bangunan pertokoan yang tutup, meski sudah berbulan-bulan terpampang “TOKO INI DISEWAKAN”, namun belum kunjung ada peminat. Fenomena itu memperlihatkan bahwa pelaku ekonomi melihat perekonomian Abdya belum dilihat geliatnya. Pedagang dipasar Blangpidie juga banyak sekali yang mengeluh, kredit mereka banyak yang macet. Salah satu kepala Cabang Pembantu Bank di Abdya kepada kami mengakui rendahnya tabungan masyarakat di daerah ini dan meningkatnya jumlah kredit bermasalah.

Pertanda lain ?
Meugang puasa dan lebaran kemarin bisa menggambarkan situasi ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Dari beberapa pedagang (penyembelih daging meugang) mengaku hanya berani sembelih 1-2 ekor kerbau atau sapi. Biasanya banyak diantara mereka menyembelih 5 bahkan ada yang sampai 8 ekor. Dari pengakuan pedagang daging musiman ini umumnya masyarakat hanya membeli sekedarnya saja, 1-2 kg daging. Sebelumnya, banyak yang belanja 2-4 kg.

Sektor apasaja yang mengeliat di Abdya?
Sektor pertanian, perkebunandanperikanan yang merupakan andalan daerah ini berjalan biasa-biasa saja. Sektor perkebunan dengan sudah mulai banyak produksi kelapa sawit rakyat mestinya bisa menjadi satu pendongkrak, hanya saja daya dorong pertumbuhan ekonomi dari kelapa sawit terhambat harga beli Tandan Buah Segar (TBS) yang murah pada tingkat petani produsen karena tidak ada pabrik Pengolah Kelapa Sawit (PKS) di Abdya.

Bukankah harga TBS di daerah lain juga sedang murah ?
Oh tidak, saat ini harga TBS produksi petani Sumatera Utara untuk pohon usia 3 tahun per 7-13 Agustus 2013 ditetapkan Rp 1.016,53/Kg dan pohon usia 10 tahun Rp 1.424.84/Kg. Sementara harga TBS di Abdya masing-masing Rp Rp 525/Kg dan Rp 925/Kg. Perbedaannya terlalu jauh, begitu juga dibanding harga di Nagan Raya dan Aceh Barat, harga yang diterima petani di Abdya lebih murah 200-250/Kg. Jadi bagaimana ekonomi petani sawit bisa bergeliat ditengah problema demikian.

Lalu bagaimana dengan sektor lain?
Gambaran situasi disektor perdagangan saya sudah gambarkan tadi. Sementara itu disektor perikanan juga masih tumbuh sangat pelan (stagnan). Hasi tangkapan nelayan belum memperlihatkan kecenderungan meningkat. Hal ini terkait dengan intervensi program pemerintah baru yang mungkin belum dirasakan dampaknya, namun jika kita lihat dari sisi alokasi anggran ke sektor ini pada tahun 2013 dipastikan tidak ada perubahan siqnifikan hasil tangkapan nelayan di Abdya.

Bagaimana dengan sektor UKM ?
Sektor ini mestinya jadi andalan pemerintah jika ingin menggerakkan perdagngan dan jasa di Abdya ke depan. Tapi kondisinya saat ini juga belum menggeliat, beberapa usaha rakyat yang mulai tumbuh usaha kerajinan bungong crot di desa durian Rampak, Susoh, pengrajin kayu, kue dan manisan pala, peternakan rakyat dan berbagai usaha kerajinan makanan belum mendapat dukungan serius dari pemerintah daerah.

Mengapabisaseperti ini?
Pemerintah daerah lebih mementingkan pembangunan sektor keagamaan dibanding pengembangan UKM pada tahun 2013. Kebijakan ini kurang tepat jika dikaitkan dengan realitas persoalan rakyat yang begitu serius dibidang ekonomi. Perhatian terhadap sektor keagamaan tentu penting, namun pengembangan sektor UKM jauh lebih prioritas tahunpertama pemerintah ini. Masih terkait dengan persoalan ini, bupati pengarah sekaligus pengambilkebijakan, dalam bidang ekonomi visi ekonomi pemerintah perlu dipertegas kepada aparaturnya yang menangani persoalan ekonomi. Begitu juga, visi ekonomi pemerintah perlu dikomunikasikan kepada masyarakat supaya rakyat tahu pemerintah Abdya hendak menuju kemana perekonomiannya.

Contohnya ?
Ketika Ibrahim Hasan memimpin Aceh tahun 1990-an. Ketika itu saya masih Kuliah di Fakultas Ekonomi Unsyiah. Sebagai mahasiswa saya tahu arah kebijakan pembangunan ekonomi Aceh saat itu, misalnya gubernur Ibrahim mengatakan bahwa Aceh dibagi dalam zona Industri dan zona pertanian, Aceh ditargetkan menjadi salah satu umbung padi Nasional dan terbukti produksi gabah Aceh nomor 4 secara nasional. Ada cetak sawah baru 120.000 hektar. Dan dibidang infrastruktur kebijakan pemerintah membebaskan rakit diwilayah pantai Barat-Selatan Aceh dan Alhamdulillah semuanya terwujud. Beliau selain piawai dalam membangun juga pinter membangun komunikasi politik pembangunan, dengan demikian rakyat tahu pemerintah mau kemana.

Kaitannya denga Abdya?
Belajarlah pada sejarah kepemimpinan Ibrahim Hasan di Aceh. Begitu juga kepemimpinan Said Muzahar Ahmad di Aceh Selatan dan juga Nurdin Abdurrahman di Pidie. Mereka pemimpin yang piawai dalam sejarah kepemimpinan di Aceh dan memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dan politik pembangunan begitu apik. Sehingga berhasil mengangkat kesejahteraan rakyat. Irigasi Panton Pineung (irigasi Krueng Susoh) dibangun zaman Said Muzahar, investasinya mencapai 20-an milyar ketika itu dan manfaatnya masih dirasakan masyarakat kemukiman Guhang dan kemukiman Kuta Tinggi dan sekitarnya hingga saat ini. Pembangunan puluhan Ruko di jalan haji Ilyas di Blangpidie yang masih digunakan pedagang hingga hari ini adalah karya alm Said Muzahar. Rencana mereka untuk melakukan pembangunan tersebut dikomunikasikan kepada rakyat dan berhasil. Pemerintah Abdya mestinya belajar pada mereka jika ingin sukses membangun.

Jika hal ini terus terjadi prediksianda?
Pertumbuhan ekonomi Abdya akan bergerak seperti kura-kura. Bukan seperti apa yang dikata Said Muzahar yang memakai filosofi “kura-kura naik kuda” ketika ditanyakan kepada beliau soal kebijakan pembangunan Aceh Selatan yang sering diplesetkan sebagai “Aceh ketelatan” dibanding pembangunan yang berderap cepat pada masa “booming” Migas diwilayah pantai Utara-Timur Aceh.

Harapan anda?
Dalam membangun diberbagai sektor perlu sekali memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap masalah yang berkembang ditengah masyarakat dan potensi yang dimiliki daerah. Begitu juga dalam membangun ekonomi, seharusnya program-program ekonomi yang digagas dan direncanakan pemerintah berangkat dari data, informasi dan pemahaman yang tepat. Sehingga program dan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan merupakan jawaban terhadap realitas persoalan yang terjadi ditengah masyarakat dan pemanfaatan potensi yang dimiliki daerah.

Kongkritnya ?
Pemerintah Abdya jangan sampai terlalu banyak menghabiskan waktu mengurus urusan remeh-temeh. Dan ketertinggalan ekonomi di Abdya tentu bukan semata-mata karena kelemahan-kelemahan tadi. Tapi terkait pula dengan kebijakan pembangunan secara nasional dan juga komitmen pemerintah Aceh. Seperti daerah lainnya di wilayah pesisir Barat-Selatan, merupakan fakta yang sulit dibantah bahwa mendapat perhatian yang kurang baik dibanding daerah yang berada dipesisir Timur-Utara. Karena itu, selain menegaskan visi ekonomi yang kuat dan komunikasi politik pembangunan yang pemerintah Abdya secara baik. Mensegerakan terbentuknya provinsi Aceh Barat-Selatan merupakan salah satu jalan dalam mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Aceh Barat daya dan wilayah pesisir Barat-selatan secara keseluruhan.***






Komentar Anda Disini !

Copyright © 2010 - Abdyanews
Designed By Xplory Design