Blangpidie, malam sabtu (20/4) sekira jam 21.00
WIB sejumlah aktivis memadati salah satu pondok komplek radio fatali, dari
sejara dan latar belakang pendirian pondok dimaksud saampai saat ini tidak
pernah sepi minimal di penuhi oleh karyawan radio fatali sehingga pondok
tersebut dinamakan jamboe 101 fm, Pondok
yang berada dalam komplek radio memang cukup sering dikunjungi, baik penyiar,
tim gesterck, birokrat, masyarakat hingga para aktivis, tentu kondisi itu bukan
sebuah hal yang asing di mata warga setempat.
Kehadiran sejumlah aktivis
dan birokrat diradio fatali 101 selama ini bukan karena ada kegiatan talkshow
dan diskusi semata tetapi kehadiran para tamu itu juga didukong oleh letak dan kondisi
radio yang menyebabkan paratamu betah meluangkan waktu untuk singgah di pondok
dimaksud, tidak hanya didukung oleh letak dan kondisi yang strategis tetapi
dari pelayannan pihak radio begitu ramah dan sangat bersahaat.
Radio fatali 101 fm terletak
tidak jauh dari jalan nasional Desa Keude Siblah Kedamatan Blangpidie Kabupaten
Aceh Barat Daya (Abdya) untuk menuju Komplek bernomor 4 itu dibutuhkan waktu
tidak begitu lama sekira 1 menit dari ibukota Abdya, melalui jalan lorong rumah
warga Desa Keude Siblah, disitulah para aktivis dan birokrat menghabiskan waktu
luang mereka.
Pondok berbentuk segi
empat itu berukuran 4 x 4 meter mampu menampung kapasitas 15 orang tak terhitung
jumlah pengunjungnya, boleh disebut pondok serba guna, mungkin itulah sebutan tepat
untuk pondok satu-satunya yang dimiliki
direktur radio fatali Helmi Sastra, Komplek radio fatali cukup luas mencapai 1
hektar persegi empat begitu sepintas gambaran
luasnya radio Fatali, komplek dimaksud dilengkapi dengan arena parkir roda dua
dan empat di sekelilinnya dilengkapi dengan beton berukuran 1 meter terlihat
begitu aman strategis dannyaman.
Jika kita lihat letak
radio fatali dari utara atau dari depat berbatasan dengan jalan raya dan rumah warga,
di sebelah kiri terletak sebuah mushala ibu-ibu desa keude siblah dan
dibelakang berbatas dengan sawah milik warga yang terbentang luas, disitulah
letak jambo radio fatali yang disekelilingi jamboe di hijaukan dengan
pokok-pokok pohon pelindung panasnya matahari.
Begitu strategis dan
nyaman siapa saja yang berkunjung akan membawa kesan yang cukup baik, minimal
kalau sudah pernah berkunjung sekali tentu harus dua kali begitulah kenyamanan
yang dirasakan oleh para tamu dan pengunjung radio.
Malam itu suasana
begitu dingin disambut hembusan agin malam dan disirami oleh tetesan hujan
gerimis, dari depan radio fatali terlihat kilauan cahaya lampu dua buah mobil
yang arahnya menuju keradio, tidak tau mobil siapa, dari remang-remang cahaya
lampu ditepi jalan sepitas terlihat mobil berwarna merah dan biru, selang
beberapa menit mobil langsung masuk dalam komplek radio fatali keudian berhenti
di arena parkir, mata kami pun masih menuju kearah mobil di parkir dari mobil
ternyata turun Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Aceh Barat Daya
(Abdya) Jufrri Yusuf, S.Ag. diikuti oleh Samsul tokoh masyarakat Abdya dan
mantan kechik Ilyas, berlari sai menghindari hujan gerimis menuju jambo 101
tegur sapa diawali oleh ketum Knpi, Asslamu’alaikum, Wa’alaikum salam jawab
direktur radio fatali Helmi sastra, silahkan duduk lanjut direkur, sudah hadir
mantan Ketua Umum PC IMM Abdya Julida Fisma, bersama sejumlah Kader IMM Abdya
Lainnya, Jika kita kalkulasikan ada sekitar 8 orang yang hadir malam itu.
Interaksi mulai
terjadi lintasan informasi bertukar dari mulai sosial politik hingga persoalan
kesehatan,sambung –menyambung hingga berhenti pada titik pembahasan,
Pembicaraan tidak akan hangat tanpa ada Snack ala aceh yaitu goreng pisang, dan
kopi hangat ala Abdya, militansi yang hadir langsung terjun lapangan untuk
membeli perlengkapan pembicaraan agar nuansa lebih tersanyaman.
Tak terasa Jam
menunjukkan jam 22.00 WIB, Gorengan dan kopipun sudah tersedia, pembicaraan
hangat kembali dilanjutkan, seteguk kopi dan sepotoeng gorengan seakan mengubah
suasana dari kondisi tiupan dinginnya
angin malam itu, begitu nikmanya menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok
saat berdikusi di jambo fatali malam itu.
Tiba tiba Wandi salah
seorang teman menyambung pembicaraan dengan mengatakan membahas politik melulu
kayaknya membosankan, bagaimana kalau main domino saja, pasti tidak
membosankan, gagasan itu pun diperkuat oleh sejumlah yang hadir malam itu,
akhirnya menghasilkan sebuah keputusan untuk maian domino.
Duduk berpasangan
Ketua Umum KNPI Abdya Jufri Yusuf, dan Direktur Radio, Helmi Sastra, dan
pasangan lawan Mantan Ketua Umum PC IMM Abdya Julida Fisma dengan Tokoh
Masyarakat Blangpidie Jasman, Sebelum memulai, kedua pasangan membuat aturan,
Siapa yang Kalah roker tempat duduk dengan cara keliling meja, kemudian Jika
Masuk dengan Balak, Juga sama sanksinya begitu juga masuk dabel atau dua
kepala. Keputusan itu disepakati dan permainan pun langsung dimulai.
Direktur
Radio Fatali dan Ketua Umum DPD KNPI Abdya
Jalani Hukuman
Tidak terasa jam
sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB, permainan domino masih belanjut, dari hasil
kesepakatan siapa yang kalah putar dan roker masih berlaku, dari hiungan awal
hingga akir jumlah pasangan yang paling banyak roker dan mengililingi meja
dalah pasangan bg jufri dan bg helmi, bahkan yang paling memalukan adalah
pasang dimaksud putaran pertama tidak mendapatkan angka (putih), begitu juga
dengan putara kedua, sehingga jumlah sangsi yang mereka jalani berjumlah 14
kali.
Setelah beberapakali
mengalami kekalahan dalam permainan domino, sanksi keputusan awal berubah
total, jika sangksi keputusan awal rongeng dan bangun mengelilingi meja, sanksi
nomor dua adalah pasangan yang kalah, keluar dari pondok berdiri tegak layaknya
inspektur upacara bendera digrahayu Republik Indonesia (RI), dengan posisi
tegap tangan menghormati tower radio seraya berkata “ HORMAAAAAAAAT GRAK…! Begitulah
sanksi keputusan permainan babak kedua.
Ternyata yang menjadi
korban juga pasangan Helmi sastra dn Jufri Yususf, permainan berakhir hingga
shalat subuh berjamah bersama yang menjadi imam jufri yusuf, S.Ag sekira jam
5.10 WIB. (julida fisma)