.

Breaking News

Minggu, 07 April 2013

DIMULAI DARI JANJI MANIS MENUAI JUTAAN KATA PAHIT


Itulah untaian bahasa yang tepat disugukan untuk masyarakat aceh saat ini, kata-kata atau bahasa terkadang bisa disulap menjadi sebuah “senjata” guna menyerang, bertahan dan menjadi modal dalam setiap aksi dan ilusi kehidupan, terkadang kita sering terhipnotis dan terbuai dengan uangkapan, janji-janji manis yang kerap meninabobokan setiap idividu.
Penjelmaan kata-kata, janji menjadi “senjata” tidak hanya terjadi di tataran para elit saja, tetapi sudah menusuk naluri masyarakat pada umumnya, sebutsaja misalnya Kabupaten Aceh Barat Daya yang  berjulukan Nagari Breuh Sigupai yang terkenal aroma padi khas aceh benama sigupai yang kini hanya tinggal nama, icon yang sudah lama tengelam itu belum terlihat tumbuh kembali dan belum terlihat ada upaya  dari pemerintah daerah untuk membudidayakan padi sigupai sebagi icon daerah ini.

BREUH SIGUPAI salah satu icon Aceh Barat Daya kini tidak berbentuk layaknya butiran padi seperti kita ketahui bersama, akan tetapi kemasannya sudah dibungkus menjadi bungkusan politik kemudian disulap menjadi kata-kata, ucapan, untuk dijadikan batu loncatan menuju sebuah kepentingan politik,dan kerap menghiasi kolom-kolom rubric media lokal di Aceh Barat Daya dengan SEBUTAN “ TAPUWOE MARWAH ABDYA”.
Zulfahmizar (25) Salah seorang Mahasiswa Aceh Barat Daya yang kuliyah diSekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah (STIT-MU) Aceh Barat Daya, Minggu (8/4) yang di jumpai di sela –sela kesibukannya sebagai aktivis kampus, saat ditanyai tentang icon aceh barat daya, dirinya menjawab salah satunya adalah BREUH SIGUPAI, menjadi icon aceh barat daya, dan ini cukup hangat dibicarakan oleh lapisan elit dan petani pada umumnya. Yang anehnya menurut Aktivis IMM Abdya itu hingga kini saya belum melihat bagaimana seyokyanya padi sigeupau itu, dan dirinya mengaku hanya mendengar dalam orasi politik dan membaca dimedia saja, tetapi belum pernah, melihat apalagi mengengam padi breuh sigupai seperti yang dibicarakan banyak kalangan di Abdya.
Tentu menjadi sebuah tanda Tanya di mana dimana kaitannya antara judul degan penjelasan zulpahmizar tersebut?? Tanangg….he..he.. tentunya ada kaitannya, tidak jarang kita temukan bahwa setiap kontestan politik dalam pesta demokrasi pemilukada  tahun lalu, sering mengumbar janji janji manis sebagai senjata untuk memperdaya masyarakat, guna memperoleh suara dan sipatik dari masyarakat, hal ini tentu bukan satu-satunya trik tetapi ini juga bisa mempengaruhi dan mengiring opini masyarakat dalam penentua suara.
Berjanji tidak begitu susah untuk di ucapkan tetapi tidak begit gampang untuk dipenuhi, mengingkari  janji tidak hanya menuai sejuta kata-kata pahit tetapi menuai segudang dosa, ini berlaku bagi yang suka “bernyanyi” eh berjanji, janji merupakan sebuah kewajiban yang harus di penuhi, jika tidak akan menjadi bom waktu dan harus dibayar dengan dengan waktu dan hargadiri, jika sudah melekat stempel “ingkar janji” jangan berharap kepercayaan timbul kembali.
Ditempat terpisah Bukari Salah seorang warga desa Alue Sungai Pinang yang berpropesi sebagai petani menyebutkan, dulu ia kita terkenal dengan breuh sigupai, tapi sekarang apa yang perlu kita banggakan lagi itu hanya sebagi kenangan dan nostalgia yang tidak untuk dikenang lagi, sebab hanya nanti akan berujung pada kekecewaan, Bapak dari 4 orang anak ini lebih lanjut menjelaskan, anak –anak saya sudah besar, dan selama ini kami hidup bukan mencicipi mencicikpi breuh sigupay tetapi dari pada ekspor. Terkait dengan adanya pogram pemerintah dirinya mengatakan, itu kan kiasan – kiasan saja untuk menentramkan hati petani, kita saat ini bukan butuh janji dan teori, tetapi kenyataan, jelas bukari dengan jengkel. Terakir dirinya mengatakan kita juga berharap kepada pemerintah untuk memikirkan nasip petani, sebab selam ini kita belum merasakan adanya buah tangan pemerintah sekarang, seperti pupuk dan bibit padi gratis, saat ini itu yang kami butuhkan, buka yang lain-lain. Harap bukari.
Sampaikapan masyarakat harus berharap pada pemerintah, sampaikapan janji-janji politik itu bisa direalisasikan untuk masyarakatnya, kita berharap pemerintah lebih mengutamakan selera masyarakat apa kebutuhan masyarakat, bukan sebaliknya menciptakan isu-isu yang pada akhirnya merugikan masyarakat itu sendiri. Hingga tulisan ini diturunkan pihak pemerintah dalam hal ini dinas pertanian dikonpirmasi.  (JUL)

Komentar Anda Disini !

Copyright © 2010 - Abdyanews
Designed By Xplory Design