.

Breaking News

Sabtu, 16 Februari 2013

RINTIHAN HATI MAHASISWA

http://4.bp.blogspot.com/-3raYk6wPOXo/T84HBOCoMuI/AAAAAAAAAMs/9F23K_zgD5k/s1600/LOGO+UKM+PENA+ASLI.jpg 
Desah rintik hujan beserrta angin mendayu-dayu memangggil jiwa yang masih terlelap dengan mimpi-mimpi, sembari menuntun tangan guna menyibak selimut yang masih membalut tubuh. Dingin yang serasa menusuk tulang pun menjadi musuh besar dalam perjalanan menghadap Dzat Yang Maha Besar di sepertiga malam ini. Banya yang inginia ceritakan kepada Sang empunya jiwa. Sedikit demi sedikit, tangan mulai mengusap kedua mata, selimut mulai lepas dari tubuh. Kaki mulai melangkah menuju tempat wudhu, tempat dimana perjalanan menuju-Nya dimulai. Wajah yang kusam mulai segar oleh tetesa-tetesan air.
Sarung berwarna kecoklatan, membalut sebagian tubuh. T-Shirt berwarna putih dan merah pada lengan menutup sisa tubuhnya. Peci berwarna putih bak mahkota menuutup kepalanya. Kedua tangan pun mulai terangkat hingga tepat berada di sisi telinga dan berlabuh di antara pusar dan dada. Lantunan ayat-ayat suci keluar dari mulutnya mengiringi pertemunnya dengan Sang Pengatur kehidupan. Salam menjadi penutup pertemuan resmi ini.
Tangannya mulai meraih mushaf yang menjadi warisan Sang Nabi, mushaf yang ia yakini tidak akan pernah tersesat selagi ia mengikuti petunjuk di dalamnya. Ia membukanya dengan acak, di dapatnya surah Thaha, dicarinya tanda ‘ain yang berada disisi mushaf tersebut, dari sanalah dia memulai membaca ayat demi ayat. Tepat di akhir surah ia menyudahi bacaanya dengan membenarkan segala Firman-Nya.
Tubuh ditegakkanya sembari menadahkan tangan sebagai tanda pengharapan cerita-ceritanyya di dengarkan oleh Sang Maha Mendengar untuk diberikan jalan keluar yang terbaik, karena ia sadar betul, rencana yang menurut ia baik, lebih baik lagi rencana yang sudah di gariskan Allah untuknya.
Puji-puijan kepada Allah dilanjutkan dengan shalawat kepada Nabi yang membawa agama keselamatan keapda ummat-Nya, mengawali curahan hatinya dini hari ini. Pengakuan akan kelemahan dirinya dihadapan kekuatan Allah, kecilnya dirinya didepan-Nya. Kekotoran yang membalut tubuhnya jauh dari kata suci membuat air matanya jatuh. Hanya Allah yang bisa menguatkan ia ditengah kelemahannya, menyukian ia dengan ampunan-Nya.
Gundah yang akhir-akhir ini menggelayuti pikiran dan hatinya mulai diutarakannya. Tentang masa depanya menuntut ilmu di sebuah Perguruan Islam Negeri. Tentang statusnya sebagai mahasiswa yang sudah di ujung tanduk. Ia sudah berusaha menepis semua desas-desus yang terdengar di telinganya. Namun hatinya ternyata tak bisa berbohong bahwa ia juga “termakan” oleh isu yang beredar. Kakinya terhenti, bingung, tanpa tau kemana lagi ia akan melangkah. Asa yang sempat menyala dalam jiwanya kini redup. Orang yang selama ini, membantu membentengi nyala api semangatnya pun ikut menjauh tanpa sebab, mungkin ia telah letih memegang lilin itu. Sekarang, yang tersisa hanyalah beberapa batang korek api, yang lambat laun juga akan habis.
Kelemahan dan kekerdilan dirinya membuat ia tidak bisa berbuat banyak dengan semua masalah yang kini dihadapinya. Di dalam hatinya masih tersimpan satu keyakinan “Badai Pasti Berlalu”, namun yang masih ia ragukan adalah masih bisakah tubuhnnya berdiri tegak ketika badai sudah berlalu, sanggupkah jiwanya mencari serpihan-serpihan semangatnya yang tercecer oleh dahsyatnya badai.  
Di penghujung doa-nya ia berharap pancaran cahaya Ilahi tak akan pernah pergi guna menemaninya, mengiringi perjalanan yang panjang, dan bahkan cahaya-Nya tetap menerangi ketika tubuhnya diapit oleh tanah. Ketika dua orang nmalaikat memborbardir dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan dan pertanggung jawaban atas segala perbuatanya.
Sebelum ia menutup curahan hatinya, terdengar lirih doa yang ia panjatkan untuk orang yang pernah mau menopang, serta ikut larut dalam rona warna kehidupannya. “Semoga ia tetap berada dibawah  naungan kasih sayang Allah swt. “

Komentar Anda Disini !

Copyright © 2010 - Abdyanews
Designed By Xplory Design