2. Rachland Nashidik
Sebelum menjadi politikus Demokrat, Rachland Nashidik
dikenal sebagai intelektual dan aktivis HAM. Dia masuk Demokrat pada
2010 dan langsung menduduki posisi Sekretaris Departemen HAM DPP Partai
Demokrat.
Sama dengan Ulil Abshar Abdalla, bergabungnya Rachland ke Demokrat disebut-sebut karena Ketua Umum Anas Urbaningrum. Anas memang dikenal sebagai pembawa gerbong intelektual dan aktivis ke partai sejak menang di Kongres 2010. Sama juga dengan Ulil, sikap Rachland berbalik dengan meminta Anas mundur dari ketua umum. Hal ini dilakukannya bersama Ulil lewat jumpa pers sebelum penetapan Anas sebagai tersangka. |
3. Andi Nurpati
Sebelum bergabung dengan Partai Demokrat pertengahan 2010,
Andi Nurpati lebih dulu dikenal sebagai anggota KPU. Di bawah
kepengurusan Ketua Umum Anas Urbaningrum, Andi Nurpati langsung menjabat
sebagai ketua divisi komunikasi publik DPP Partai Demokrat.
Di kepengurusan, Andi juga dikenal dekat dengan Anas. Bahkan, beberapa kalangan menyebut kedekatan ini karena Andi satu-satunya orang yang mengikuti jejak Anas: menjadi anggota KPU, lalu bergabung dengan Demokrat. Nah, di tengah kemelut Demokrat ini, Andi barangkali orang yang tidak vulgar meninggalkan Anas. Dia mundur teratur setelah Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta kader meneken 10 poin pakta integritas, yang secara tidak langsung merupakan cara menggoyang posisi Anas sebagai ketum. "Kita semua loyal dan siap menjalankan arahan dan kebijakan Majelis Tinggi Partai dan Ketua Dewan Pembina (SBY)," kata Andi di Jakarta belum lama ini. Andi mengatakan, partainya tidak akan campur tangan terkait proses hukum? Anas yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang oleh KPK. "Urusan mantan Ketum (Anas Urbaningrum) merupakan ranah hukum. Kita menghargai supremasi hukum dan Partai Demokrat tidak ada intervensi proses hukum apapun," ujarnya. |
4. Ulil Abshar Abdalla
Sebelum masuk Partai Demokrat pada 2010, Ulil Abshar Abdalla
lebih dikenal sebagai intelektual muslim dan aktivis Jaringan Islam
Liberal (JIL). Bergabung dengan partai penguasa, Ulil bahkan langsung
ditempatkan di struktur DPP dengan jabatan Ketua Divisi Pusat
Pengembangan Strategi dan Kebijakan.
Bergabungnya Ulil dan beberapa intelektual lain ke Demokrat saat itu disebut-sebut tak lepas dari jasa Anas Urbaningrum. Sebab, Anas, yang terpilih sebagai ketua umum Demokrat lewat Kongres 2010 di Bandung, memiliki kekuasaan luas untuk menyusun formasi ‘kabinet’-nya. Duduk sebagai pengurus pusat Demokrat, Ulil pun dikenal dekat dengan Anas, sang ketua umum. Namun, saat sedang ramai-ramainya upaya penggulingan Anas, sikap Ulil berbalik. Dia justru mendukung pelengseran Anas. “Demokrat butuh nakhoda baru,” kata Ulil dalam jumpa pers belum lama ini. Atas sikapnya itu, Ulil banyak disorot oleh loyalis Anas. Bahkan Sekretaris DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Irfan Ghani menyebut Ulil sebagai Brutus. Dalam cerita Romawi, Marcus Junius Brutus Caepio dikenal sebagai pengkhianat karena melakukan pengkhianatan terhadap pemimpinnya, Julius Caesar. Saat itu Brutus membunuh Caesar dengan cara menikamnya dari belakang saat digelarnya sidang Senat. Nah, saat Anas akhirnya ditetapkan sebagai tersangka korupsi Hambalang dan mundur dari ketua umum Demokrat, Ulil juga tidak berhenti mengkritik mantan bosnya itu. Ulil menilai tindakan Anas membuka ‘halaman-halaman politik’ di Demokrat merupakan tindakan tak terpuji.
Sumber : http://www.merdeka.com/politik/empat-pembelot-anas-urbaningrum/andi-nurpati.html
|