.

Breaking News

Kamis, 16 Februari 2012

Nyawa Melayang, Kecaman Mengalir

BELUM lagi tuntas pengusutan sejumlah aksi penembakan dan tindak kejahatan lainnya yang terjadi selama ini, tiba-tiba masyarakat Aceh dikejutkan lagi dengan kasus pemberondongan dan penembakan yang merenggut lima nyawa di tiga lokasi terpisah, Bireuen, Banda Aceh, dan Aceh Utara sejak Sabtu (31/12) malam hingga Minggu (1/1) kemarin.

Di Bireuen, berbagai kalangan mengecam tindakan brutal yang menewaskan tiga buruh galian kabel Telkomsel dan melukai tujuh lainnya, akibat aksi pemberondongan yang terjadi pada malam menjelang pergantian tahun 2011, Sabtu (31/12). “Perbuatan tersebut sangat keji dan dapat mengganggu iklim damai dan keharmonisan sosial antarkelompok masyarakat. Kami mendesak pihak berwajib mengusut tuntas kasus ini,” kata Sekjen Rabithah Thaliban Aceh (RTA) Cabang Bireuen, Syekh Khalil.

Kecaman juga disuarakan Pengurus Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC-IMM) Aceh Barat Daya (Abdya) menanggapi kasus penembakan di Banda Aceh dan pemberondongan di Bireuen, pada waktu hampir bersamaan, Sabtu (31/12) malam. “Aksi-aksi brutal itu dilakukan oleh orang tidak bertangungjawab yang tidak senang melihat Aceh damai,” tulis Ketua Umum PC-IMM Abdya, Julida Fisma dalam siaran pers yang diterima Serambi, Minggu (1/1).

Dari Banda Aceh, sejumlah organisasi massa dan mahasiswa, seperti PEMA Unsyiah, DPD Front Pembela Islam (FPI) Aceh, dan KAMMI Aceh juga mengutuk aksi penembakan dan pemberondongan yang menyebabkan sejumlah orang tewas. 

“FPI Aceh menilai kasus penembakan ini sebuah bentuk pengkhianatan terhadap perdamaian Aceh. Kami mendesak pihak kepolisian segera menangkap dan mengungkap motif di balik penembakan itu,” kata Ketua Umum DPD FPI Aceh, Tgk Yusuf al Qardhawy al Asyi dalam siaran persnya.

Ketua Umum Pengurus Wilayah KAMMI Aceh, Muhammad Muaz Munauwar menyebutkan penembakan dan pemberondongan tersebut merupakan perbuatan biadab yang pasti dilakukan oleh orang yang sangat hina. “Kapolda Aceh harus mengusut tuntas kasus ini, kalau merasa tidak mampu sudah sewajarnya Kapolda mundur,” tandas Pengurus KAMMI Aceh.

Hal senada disuarakan Furqan Ishak Aksa, Presiden PEMA Unsyiah. Menurutnya dua kasus penembakan di Bireuen dan Banda Aceh telah menambah jumlah kasus kekerasan bersenjata di Aceh yang mengorbankan jiwa.

“Padahal kasus serupa sudah beberapa kali terjadi selama beberapa bulan terakhir. Kami sangat menyayangkan sikap aparat keamanan yang belum mampu mengungkap kasus-kasus yang terjadi,” tulis Presiden PEMA Unsyiah.(yus/tz/sar)

Komentar Anda Disini !

Copyright © 2010 - Abdyanews
Designed By Xplory Design