BELUM lagi tuntas pengusutan
sejumlah aksi penembakan dan tindak kejahatan lainnya yang terjadi
selama ini, tiba-tiba masyarakat Aceh dikejutkan lagi dengan kasus
pemberondongan dan penembakan yang merenggut lima nyawa di tiga lokasi
terpisah, Bireuen, Banda Aceh, dan Aceh Utara sejak Sabtu (31/12) malam
hingga Minggu (1/1) kemarin.
Di Bireuen,
berbagai kalangan mengecam tindakan brutal yang menewaskan tiga buruh
galian kabel Telkomsel dan melukai tujuh lainnya, akibat aksi
pemberondongan yang terjadi pada malam menjelang pergantian tahun 2011,
Sabtu (31/12). “Perbuatan tersebut sangat keji dan dapat mengganggu
iklim damai dan keharmonisan sosial antarkelompok masyarakat. Kami
mendesak pihak berwajib mengusut tuntas kasus ini,” kata Sekjen Rabithah
Thaliban Aceh (RTA) Cabang Bireuen, Syekh Khalil.
Kecaman
juga disuarakan Pengurus Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC-IMM)
Aceh Barat Daya (Abdya) menanggapi kasus penembakan di Banda Aceh dan
pemberondongan di Bireuen, pada waktu hampir bersamaan, Sabtu (31/12)
malam. “Aksi-aksi brutal itu dilakukan oleh orang tidak bertangungjawab
yang tidak senang melihat Aceh damai,” tulis Ketua Umum PC-IMM Abdya,
Julida Fisma dalam siaran pers yang diterima Serambi, Minggu (1/1).
Dari
Banda Aceh, sejumlah organisasi massa dan mahasiswa, seperti PEMA
Unsyiah, DPD Front Pembela Islam (FPI) Aceh, dan KAMMI Aceh juga
mengutuk aksi penembakan dan pemberondongan yang menyebabkan sejumlah
orang tewas.
“FPI Aceh menilai kasus
penembakan ini sebuah bentuk pengkhianatan terhadap perdamaian Aceh.
Kami mendesak pihak kepolisian segera menangkap dan mengungkap motif di
balik penembakan itu,” kata Ketua Umum DPD FPI Aceh, Tgk Yusuf al
Qardhawy al Asyi dalam siaran persnya.
Ketua
Umum Pengurus Wilayah KAMMI Aceh, Muhammad Muaz Munauwar menyebutkan
penembakan dan pemberondongan tersebut merupakan perbuatan biadab yang
pasti dilakukan oleh orang yang sangat hina. “Kapolda Aceh harus
mengusut tuntas kasus ini, kalau merasa tidak mampu sudah sewajarnya
Kapolda mundur,” tandas Pengurus KAMMI Aceh.
Hal
senada disuarakan Furqan Ishak Aksa, Presiden PEMA Unsyiah. Menurutnya
dua kasus penembakan di Bireuen dan Banda Aceh telah menambah jumlah
kasus kekerasan bersenjata di Aceh yang mengorbankan jiwa.
“Padahal
kasus serupa sudah beberapa kali terjadi selama beberapa bulan
terakhir. Kami sangat menyayangkan sikap aparat keamanan yang belum
mampu mengungkap kasus-kasus yang terjadi,” tulis Presiden PEMA Unsyiah.(yus/tz/sar)