KILAS BALIK SEJARAH BERDIRINYA
PIMPINAN CABANG IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
ACEH BARAT DAYA
OLEH JULIDA FISMA
Tahun 2003
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Aceh Barat Daya
hadir ditengah tengah masyarakat, kehadiran tersebut di dorong oleh
segenap Alumni dan Kader Imm Nanggroe Aceh Darussalam yang sedang mencicipi
ilmu pengetahuan di bangku kuliyah pada saat itu. Zulfakriadi salah seorang Kader Ikatan Mahasiswa Muhmmadiyah juga
selaku putra Desa Alue Sungain Pinang yang saat itu masih aktif kuliah di
Universitas Muhammadiyah Provinsi Aceh berharap dan berkeinginan untuk
mendirikan PC IMM di Abdya dengan cara membawa pulang mandat dari Dewan
Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Nangroe Aceh Darussalam.
Melalui
berbagai proses dan mekanisme yang ditempuh dan tidak terlepas dari kerjasama
dengan kader kader militant lainnya allhamdulilah pada saat itu selembar surat Akhirnya bisa dibawa pulang ke Aceh
Barat Daya. Surat yang berjumlah satu lembar tersebut berisikan tentang
keabsahan untuk pendirian pimpinan cabang IMM di kabupaten yang berjulukan
Nagari Breuh sigupai.
Kabupaten
Aceh Barat Daya merupakan Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan yang
saat itu di pimpin oleh seorang bupati yang belum di finitif (PJS) jika boleh
dikatakan Abdya Adalah Anak kadung Kabupate Aceh Selatan, dan hingga Kabuten
Aceh Barat Daya menjadi kabupaten difinitif dibawah Pimpinan Bupati Aceh Barat
Daya Akmal Ibarahim SH.
Secara Angaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AD/ART tercantum Bahwa untuk menetukan Struktur
kepemimpinan IMM harus di pilih melalui Muyawah Cabang (MUSYCAB) Musyawarah
tertinggi tinggkat Cabang. Setelah melewati proses Administrasi Pada
Tanggal……….Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah aceh barat daya berhasil melaksanakan Musyawarah pertama. Pelaksanaan musyawarah
itu Alhamdulilah bejalan lancar tanpa ada hambatan yang berarti, dalam musyawah tersebut ………calon muncul untuk
mencalonkan diri untuk jadi ketua IMM pada saat itu, dari sejumlah calon yang
muncul Akhirnya IMMawan Saiful Azmi resmi terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan
Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Periode 2003 sampai dengan 2006 saat itu.
Saat
menjalankan Estapet Kepemimpinan Immawan Saiful Azmi tidak sendiri melainkan
dibantu oleh Sejumlah Ketua Bidang yang terhimpun dalam Badan Pengurus Harian
(BPH) Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Aceh Barat Daya.
Seperti
layaknya sebuah Pemerintah tentunya ada Kepala Bagian untuk membatu kinerja
seorang pimpinan, begitu juga dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Aceh Barat
Daya. Dalam sejarah perjalanan yang tidak begitu lama bisa dianalogikan seperti
tunas jagung yang baru tumbuh PC IMM
Abdya saat itu masih dalam tahap pembelajaran
banyak hal yang harus dilakukan dari mulai pembenahan interen hingga
Eksteren, sehingga tidak tertutup kemungkinan kepemimpinan pada saat itu
terjadi mandek, tidak berjalan mulus, ada beberapa kader yang menjabat di
pimpinan cabang imm abdya pada saat itu sudah mulai disibukkan oleh aktivitas
pribadi untuk menyelesaikan perkuliyahan mereka, singkatnya dari sejumlah ketua
Bidang Dlam kepengurusan ada yang tidak berjan, sehingga pada saat itu IMMawan
Saiful Azmi Selaku Ketua Umum mengabil satu kebijakan untuk melaksanakan
evaluasi kepemimpinan dirinya, dalam rapat tersebut akhirnya memutuskan satu
kesepakatan resmi yang memutuskan untuk dilaksanakan resapel (pergatian)
segenap kepengurusan Badan Pengurus Harian Pc.IMM Abdya, akhrinya struktur yang
sudah tersusun demikian rupa terpaksa direvisi kembali.
Setelah
berhasil direvisi, saat itulah Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Aceh Barat Daya Mengembangka sayap kejayaan di Bumi Nanggroe Brueh Sigupai,
saat itu sudah mulai adanya Student Center ( tempat diskusi ) untuk menguatkan potensi Intelektualitas
Kader saat itu, dari tokoh yang diajak bicara, Buku yang dibaca dan Informasi yang
didapatkan lahirlah ide ide cerdas dan di cetuskannya seminar tentang
pendidikan sebagai bentuk eksen dari diskusi-diskusi tersebut.
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan
dari penulisan ini adalah sebagai bentuk kepedulian agar tidak memmudarnya
sejarah yang pernah di bangun oleh kader – kader intelektual Ikatan Mahasiswa
Muhamadiyah Aceh Barat Daya, Sehingga kedepan dengan adanya penulisan-penulisan
seperti ini regenerasi kader IMM di Aceh Barat Daya tidak akan buta akan
sejarah perkembangan IMM di Abdya.
Dari masa
kemasa perkembangan dan pergerakan IMM Baik dari ditingakat DPD IMM Aceh Hingga
Kesetiap level Pimpinan Cabang dan di Tingkat Komisariat, seakan akan kita
tidak peran menghargai apa yang sudah pernah dilakukan oleh pione-pione
intelektual IMM masa lalu.
Dari sisi itu
terkesan bahwa kader IMM seakan sering melupakan sejarah, nah dalam kesempatan
yang singkat ini walaupun dengan penulisan sederhana dan keterbatasan saya
mencoba untuk mendokumen segala bentuk apa yang sudah pernah dilakukan,diperbuat,
dilahirkan, oleh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah khusunya Kabupaten Abdya.
Jika kita
lihat sejarah perkembangan dan pergerakan IMM aceh, diakui atau tidak, hampir
sebagian besar kader IMM di Aceh tidak persistau latar belakang lahirnya IMM
diaceh dan siapa yang memprakarsinya, kemudian siap ketua pertama dan
selanjutnya, tentu pertanyan-pertanyaan ini tidak akan bisa dijawab, kenapa
karena kita lupa akan sejarah.
Padahal
sejarah adalah sebuah pengalaman masa lalu yang bisa kita jadikan tompangan
konsep untuk melanjutkan perjuangn atau kehidupan dimasa yang akan datang,
sehingga jelas apa yang kita lakukan, berhasil atau tidak bisa dibuktikan oleh
waktu dan sejarah yang ada.
Hadirnya tulisan
ini sebagi bentuk awal, menghargai setiap pengorbanan, cucuran keringat, tenaga
dan dentuman suara, tentang apa yang sudah dilakukan oleh kader-kader IMM untuk
masyarakat seperti yang pernah diproyeksi oleh kader-kader terdahulu, semoga
kita selaku kader terus menanam, mengairi, menjaga, memupuk, rasa cinta akan
kelestarian sejarah, sehingga akan menuai sebuah hasil perubahan yang dilandasi
nilai-nilai sejarah perjuangan pioneer-poinel intelektual masa terdahulu.
ESTAPET KEPEMIMPIAN PC IMM ABDYA
Setiap organisasi apaun, tentu secara
otomasi akan ada masa – masa pergantian kepemimpinan, begitu juga organisasi
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Aceh Barat Daya.
Seperti dalam salah satu pepatah “ Jika tanpa api mana mungkin ada asap”
ungkapan itu seakan bisa kita kaitkan dengan estapet kepemimpinan pada roda
organisasi IMM, sebab tidak mungkin organisasi itu akan jalan sendiri tanpa ada
orang yang mimpin yang mengendalikannya, Begitu juga dengan hadirnyan Pimpinan
Cabang IMM abdya tidak mungkin adanya Organisasi IMM tanpa ada yang
memprakarsainya.
Nama Ketua Umum dan Masa Jabatan
1.
Saiful Azmi (2003
- 2006)
2.
Ivandi Akmal (2006
- 2008)
3.
Ade Alkausar (2008
- 2011)
4.
Julida Fisma (2011
- 2013)
PENGALAMAN DAN URAIAN SINGKAT
TENTANG MASA-MASA KEPEMIMPINAN
Setiap pemimpin
tentunya mempunyai gaya kepemimpinan masing-masing sesuai dengan visi-misi dan kondisi
serta tujuan yang sesuai dengan perkembangan masa, Lumrahnya sebuah
kepemimpinan tentunya tidak terlepas dari sebuah kemaju dan tidak tertutup kemungkinan
akan adanya sebuah kemunduran.
Dalam konteks
ini kita tidak membahas tentang kemajuan dan kemunduran saat berlangsungnya
roda kepemimpinan akan tetapi menceritakan apa yang sudah pernah diperbuat
serta pengalaman – pengalaman saat berlangsungnya estapet kepemimpinan dari
masa – kemasa.
Jika kita
merunut kehal yang lebih jelas katakanlah dari mulai hingga awal agaksedikit
susah untuk menceritakan secara mendetail akan tetapi dalam tulisan ini hanya
sekilas dari ingatan dan pengalaman selama menjadi kader IMM, semenjak menjadi
salah seorang kader yang menjabat sebagai badan pengurus harian di tingkat
pimpinan cabang.
MASA KEPEMIMPINAN ADE ALKAUSAR (2008-2011)
Terpilihnya
Muhammad ade alkausar sebagai ketua umu pc imm abdya menjadi sebuah catatan
penting tentang proses demokrasi yang dilakukan oleh IMM, di imm tidak ada yang
namanya senioritas, siapa yang mampu dia yang akan muncul sehingga tidak ada
kata saya baru di IMM dan belum mampu melaksanakan estapet kepemimpinan
didepan, satu sisi ini yang membedakan IMM dengan Organisasi mahasiswa lain.
Kita menerka
di organisasi lain, harus mengormati senior, mengagung – agungkan senior,
sehingga apa yang ingin dilakukan tetap harus dilandasi atas persetujuan
senior, di imm sendiri hal-hal seperti itu tidak berlaku sama sekali, bukan
berati kader imm tidak mempunya asaz ekualitas dengan para alumni.
Kenapa saya
mengatakan bahawa kran demokrasi di tingkat level pimpinan imm berjalan dengan
bagus dan baik, itu dibuktikan dengan terpilihnya IMMawan Muhammad ade alkausar
sebagai ketua umum pc imm abdya, baru hanaya setahun menjabat sebagai ketua PK
IMM yang tergolong baru bisa terpilih menjadi ketua umum, padahal ada
kader-kader yang sudah lama dan layak juga maju menjadi ketua umum, tetapi yang
baru setahun juga bisa bisa mencalon kandiri, hal ini tidak bisa di pungkiri
bahwah salah satu indicator bahwa proses demokrasi dalam organisasi Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah baik.
Dimasa kepemimpinan
IMMawan ade alkausar, IMM Abdya tetap utuh dan berdiri tegak bak pohon besar
nan rindang, banyak gebrakan dan trobosan baru yang sudah dilakukan, mulai dari
penguatan internal hingga ke setiap persoalan sosial,agama dan kemahasiswaan,
bidang internal misalnya tetap berorientasi kepada kajian-kajian rutin, bidang
penjaringan isu eksternal.
Seperti salah
satu pepatah, bahwa buah itu tidak jauh jatuh dari pohonya, jika berorientasi
pada pepatah itu sangat erat kaitannya dengan Pergerakan Pimpinan Cabang Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah Aceh Barat Daya saat itu, sehingga apa pogram yang tidak
tercapai masa pemerintahan sebelumnya akan disempurnakan oleh masa yang akan
datang.
Semenjak masa
kepemimpinan diwawah tangan IMMawan Saiful Azmi dan IMMawan Ivandi Akmal, IMM
merupakan organisasi mahasiswa satu satunya di aceh barat daya sehingga IMM
Abdya saat itu cukup eksis dalam menyikapi berbagai perkembangan di kabupaten
aceh barat daya.
Siapa tidak
kenal dengan Saiful Azmi dan Ivandi Akmal saat itu, mereka adalah sosok
pimpinan yang ditakuti oleh rezim pemerintahan saat itu, bukan membanga-bangkan
akan tetapi itu adalah sebuah kenyataan.Banyak buah karya yang mereka berikan
dan banyak progam yamg mereka rintis untuk sebuah kemajuan kabupaten aceh barat
daya di bawah Pejabat sementara (PJ) bupati.
Diakui atau
tidak, adanya beasiswa untuk mahasiswa yang kuliyah derah dari perjuangan intelektual
Kader IMM abdya, karena pada masa-masa itu pemda aceh barat daya enggan untuk
memberikan beasiswa untuk mahasiswa yang di daerah dengan berbagai macam alasan
yang kuat, akan tetapi denga hasilkajian kader imm abdya, tidak hanya itu
hadirnya pustaka derah juga dari hasil aksi jalan yang dilakukan oleh kader IMM
abdya, dan masih banyak hal yang lainnya.
Gagasan yang
pernah dilaksanakan oleh kader masa terdahulu kenjadian inspirasi bagi generasi
yang akan datang, pada masa kepemimpinan Muhammad Ade Alkausar kejayaan yang
pernah ada tetap bisa dipertahankan hingga masa akhir periodenya, gebrakan
gebrakan yang dilakukan selama masa itu sudah mulai berbeda karena semenjak
kepemimpina IMM abdya dibawah ketua
M.Ade Alkuasar sudah mulai hadir berbagai organisasi-organisai mahasiswa di
kabupaten aceh barat daya.
Satu sisi imm
dihadpkan dengan persaingan banyak nya muncul organisasi baru dan disislain imm
harus mampu berkopetensi secara sehat dengan organisasi yang setara dengan
iktan mahasiswa muhammadiyah, namanya
sudah ada saingan dan adanya relasi tenjtu beda tantangan antara tidak ada
saingan dengan adanya sainga, akan tetapi semakin adanya saingan imm abdya
tetap eksis dalam menjalankan dan memproyeksi setiap kepentingan masyarakat
pada umumnya.
Karena
kurangnya data dan akses informasi yang ingin dijadikan referensi dalam tulisan
ini, sehingga dalam penulisan ini tidak bisa diuraikan secara tuntas dan
lengkap tentang mas-masa kepemimpinan dari pertama hingga masa period ke tiga.
Akan tetapi dalam karya kecil ini penulis hanya bisa menguraikan dan
menjelaskan masa kepemimpinan periode keempat dibawah kepemimpinan IMMawan
Julida Fisma.
Singkatnya
selain dari kurangnya informasi dan data yang di himpun ditambah lagi dengan
singkatnya waktu pennyusunan karya ini, sehingga agak susah untuk dikupas
tuntas tentang –masa kepemipinan dari pertama hingga ketiga.
Karena sejarah
Kelahiran IMM di Aceh Barat Daya seakan hilang ditelan waktu,, agar sejarah ini
bisa dibaca sehingga tibul pemikiran
untuk menulis sejarah kelahiran IMM Abdya dengan meluapkan segenap kemampuan
sekalipun menuai segala keterbatasan, maklum saja yang menulis tulisan ini
masih mencicipi bangku kulyah di Universitas Muhammdiyah Aceh Cabang Aceh Barat
Daya.
Kedepan kita
berharap tulisan ini dapat disempurnkan sehingga ukiran sejarah kelahiran
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Aceh Barat Daya tidak hilang begitu saya, Seperti yang pernah di
utarakan oleh Seorang Preiden Wahid di Indonesia yang kutipan kata-katanya “ Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang
menghargai sejarah” Semoga generasi kedepan menjadi pewaris yang menghargai
ukiran sejarah dan tidak mudah melupakan sejarah.
MASA KEPEMIMPINAN
JULIDA FISMA (2011 -2013)
Setelah
melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan, Akhirnya Pimpina Cabang
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Aceh Barat Daya melaksanakan Musycab ke III (IMM) Abdya yang merupakan agenda
rutinitas tahunan yang harus dilaksanakan satu tahun Sekali namun terkadang
sifatnya berpariatif sesuai Hasil Muktamar IMM.
Dalam Musyawarah Ke III PC IMM Abdya pada saat
itu masih di jabat oleh Immawan Ade Alkausar selaku ketua Umum PC IMM Ke III
yang masa periodenya saat itu akan berakir, Persiapan demi persiapan terus
disiapkan oleh segenap Kader PC IMM Abdya jelang akan digelarnya Musyawarah ke
III pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Saat berlangsungnya proses
Musyawah Cabang Ke III itu, terjadi sedikit dinamika negatif dalam pembahasan tetatertip
pemilihan pada tahap pleno ke Empat namun sebelum membahas tentang pleno ke
Empat dan seterusnya kita berbicara dulu tentang jalannya pleno pertama dan
ketiga.
Saat pleno pertama sedang berlangsung
pada salah satu wisma dijalan kesehatan kondisinya cukup baik, dimana setiap
rancangan program dan program yang telahterealisasi pun dapat dipertangung
jawabkan oleh setiap ketua bidang yang
menjabat di Badan Pengurus Harian (BPH) Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Aceh
Barat Daya. Sekalipun dihujani oleh interusi dari peserta sidang, namun pada
pertangung jawabnnya apa yang dilakukan oleh Pimpinan PC IMM Abdya, dalam
pandangan ketua Umum Pimpinan Komisariat Sekolah Tinggi Ilmu Tabiyah dan
Pimpinan Komisariat Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan Muhammaiyah Aceh
Barat Daya di terima tanpa ada penolakan.
Saat pleno ke II
berlangsung tetang pembahasan tatatertip persidangan para peserta sangan
antusias dan mengakiri dengan baik sekalipun ada intruksi dan masukan cerdas
dari para peserta penuh yang hadir dan membahas tatatertip persidangan, yang
pada saat itu di dampingi oleh Ketua Umum DPD IMM Aceh Azha.
Awalnya proses pembahasan Pleno ketiga juga
berjalan dengan baik, akan tetapi terjadi intrupsi dalam pembahasan tatip
pemilihan tentang syarat-syarat khusus untuk menjadi ketua umum, sebagian besar
peserta penuh menyuarakan kepada panitia pemilihan untuk menambahkan syarat
calon ketua umum tidak boleh sudah berkeluarga, dengan pertimbangan peserta
musyab pada saat itu, Organisasi kita adala oraganisasi sosial tanpa
mengharapkan insentif dan gaji sedikitpun, yang kita takutkan adalah jika terpilih
orang yang sudah berkeluarga, ini akan berimplikasi terharap pergerakan Ikatan
itu sendiri, contoh, kapan membagi waktu dengan keluarga, kuliyah, dan
organisasi, ucap salah seorang peserta persidangan.
Mendengar hal tersebut ketua Panitia Pemilihan
mengambil satu keputusan terkait usulan penambahan syarat khusus untuk jadi
ketua umum, dengan menawarkan kepada forum sepakat atau tidak terkait dengan
usulan, tetapi keputusan forum cukup bervariatif ada yang sepakat ada juga
tidak, sehinga terjadi poting suara, saat poting sedang berlangsung terjadi
satu peristiwa keributan dan adu mulut antar peserta, namun panlih berhasil
mereda peristiwa itu, kondisi persidang semakin memanas. Panitia pemilihan
menskrorsi sidang agar suasana sidang bisa cair seperti adanyan.
Dalam
Musyb ke III itu muncul beberapa calon ketua yang akan bertarung untuk merebut
kursi panas atau kursi no 1 di Pimpinan Cabang IMM Abdya, masing-masing adalah
Julida Fisma yang pada saat belum di misioner dirinya menjabat sebagai Ketua Bidang
Hikmah Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, kemudian IMMawan Ihksan saat itu menjabat
sebagai Ketua Umum PK STKIP dan IMMawan Zulfahmizar.
Pada kesempatan yang sama Panitia Pemilihan
mencabut scorsing dengan niat untuk dilanjutkan, tetapi tiba-tiba zulfahmizar
mengundurkan diri sebagai calon ketua umum, hanya tinggal dua calon, IMMawan
Julida Fisma dan IMMawan Ikhsan, setelah mengundurkan diri panitia melanjutkan
membahas mengenai syarat khusus untuk jadi ketua umum, kondisi yang sudah aman dan
dingin itu tensinya kembali kacau dan memanas, karena salah satu calon tidak
menerima adanya syarat terebut, dengan berdalih berbagai macam alasan akan
tetapi sebagian peserta menginginkan agar syarat itu harus ada dan tidak boleh
di hapus.
Tiba-tiba Ketua Umum Ade Alkausar yang baru
dimisioner angkat bicara terkait dengan syarat yang di ajukan peserta, dengan
mentafsilkan adanya calon ketua DPD yang sudah kawin seraya mencalonkan diri
ketua DPD IMM di Forum Musyda dilangsa, dan dirinya juga tidak setuju tentang
usulan peserta itu, menurutnya hal itu akan mencidrai ekspresi kader IMM itu
sendiri. dalam forum tertinggi ditingkat cabang itu ketua dimisioner terkesan
dan jelas-jelas membela salah satu calon, bahkan mengancam forum jika usulan
dirinya tidak diakommodir bubarkan saja musyab ini, padahal selaku ketua umum
yang baru dimisioner tidak berhak membela salah satu calon dirinya harus
berskiap independent.
Karena forum sudah tidak lagi steriil Panitia
pemilihan mengabil kebijakn untuk melakukan poting suara, setelah melakukan poting
terhitung suara terbanyak tetap sepak dengan syarat tambahan, dan panlih
memutuskan dengan ketukan palu satu kali sebagai bentuk sudah diputuskan, ketua
umum dimiioner melontarkan kata-kata yang kurang asaz ekualitas kepada panlih
saat itu, dan terjadi pembantingan meja dan adu argumen. Dan pada saat itu karena tidak menerima
keputusan peserta dan keputusan panlih, Calon ketua umum IMMawan Ikhsan yang
ikut serta mengundurkan diri sebagi calon ketua sekaligus sebagai kader IMM
Abdya.
Akibat dari adu argumen dan pembantingan meja
forum kacau dan ada beberapa meja pecah akibat eksperi kemarahan dari peserta
pendukung syrarat dimaksud dan peserta yang tidak setuju, akhirnya panitia
pemilihan melanjutkan dan mengumumkan bahwah IMMawan Julida Fisma sah Terpilih
sebagi ketua umum PC IMM Abdyaperiode 2011 2012 secara aklamasi.
Dalam forum Resmi IMM pandangan adu argumen dan
banting membanting meja itu adalah hal yang biasa-biasa saja, akan tetapi
diluar forum para Kader IMM abdya kembali harmonis seperti biasa tanpa ada masalah
yang cukup prinsipil.
STRUKTUR PC IMM ABDYA PERIODE 2011 - 2012
Ketua Umum : Julida
Fisma
Sekretaris Umum : Ulfan
Zauhari
Bendahara Umum : Erna
Bendahar I : Roza
Deski
Bidang – Bidang
Bidang kader :
Ketua :
Baidullah
sekretaris :
Hendri Saputra
Bidang Hikmah :
Ketua :
Zulfahmizar
Sekretaris :
Jakfar
Bidang IMMawti :
Ketua :
Syafrida Syah
Sekretaris :
Bidang Hikmah :
Ketua :
Sekretaris :
RANCANGAN KERJA CABANG (RAKERCAB)
Setelah
terpilih dan tersusunnya formatur satu minggu paca musyab, saat itu juga badan
pengurus harian pimpinan cabang ikatan mahasiswa muhammadiyah baik ketua umum
dan ketua bidang merumuskan tentang kebijakan dan program jangkan pendek,menenga
dan panjang.
Sebenarnya
rancangan kerja itu tersusun dalam kegiatan serimoni pelantikan badan pengurus
harian yang baru terpilih, namun karena keterbatasan anggaran BPH PC yang baru
terpilih menjalankan rancangan kerja seperti apa adanya tanpa adnya pelantikan
dan Alhamdulillah raker berjalan dengan baik.
ARAH PERGERAKAN IMM ABDYA SAAT ITU.
Baru
telipilnya sebagai ketua tentunya arah dan kebijakanya masih terombang ambing,
sekalipun pogram kerja telah tersusun rapi, akan tetapi hanyan masih dalam
bentuk tulisan yang tersimpan dalam lemari karena belum bisa
terimplementasikan, untuk melengkapi hal tersebut, kader ikatan mahasiswa
muhammadiyah mencoba menbangun komunikasi yang intesif guna unuk memberikan
masukan agara porgan-pogram yang tersusun bisa jalan seperti yang diharapkan.
Ada beberapa
tawaran dari alumni IMM abdya saat itu, yang pertama membenai persolan internal
badan pengurus harian pimpinan dari Level Cabang hingga ke pimpinan komisariat,
setelah internal kuat dan barisan sudah menyatu tentu Ikatan akan semakin kuat.
Kemudian adanya usulan untuk menghidukan diskusi diskusi, dan bedah buku
bsecara bersama, selain itu juga ada tawaran untuk melaksanakan perkaderan.
Setelah
mendapatkan sejuta pengalaman yang berharga dari alumni ikatan mahasiswa muhammadiyah
padaa saat itu, Badan pengusur harian pc
mencoba mengimplmentasikan apa-apa yang bisa diterima, tentunya tidak semua
tawaran diakomodir dan dijalankan, akan tetapi tawaran-tawan yang rasional dan
mengarah keperbaikan, dari hasil diskusi dan rapat memutuskan 6 bulan pertama,
sepakat dengan penguatan internal dan bulan ketujuh dan selanjutnya
orientasinya tataran action.
Waktu terus
berjalan, saat itu masa kepemimpinan hampir menjelang 6 bulan, kegiatan pengutan
internal terus dilakukan seperti diskusi, bedah buku, dikpol dan lain lain yang
telah terjadwalkan tiga hari sekali dengan menghadirkan Kanda – kanda Alumni
IMM Aceh Barat Daya, Seperti Kada Arqam M.hus, atau sering di pangil kanda Dea,
beliau selaku Sekretaris Umum dan Ketua Bidang Hikmah DPD IMM Aceh, kemudian
Kanda Afdhal Jihad, selaku Ketua Umum DPD IMM aceh, dan Kanda Zulfakriadi salah
seorang kader yang memprakarsai kelahiran IMM Abdya, dan juga manta
Petingi-petingi IMM Lainnya Seperti
Kanda Saiful Azmi (Mantan Ketua Umum PC.IMM Abdya) Ivandi Akmal (Mantan
Ketua Umum PC IMM Abdya) Kanda Fajar (Ketua Bidang Dakwah PC IMM Abdya). Bahkan
setiap tokoh dan ayahnada pimpinan daerah juga diikutsertakan dalam pembenahan
internal IMM Aceh Barat Daya.
Setelah adanya
kekuatan internal jelang bulan ke 7 Pimpinan Cabang IMM Abdya, sudah mulai
mengeluarkan ide – ide cerdasnya, diantaranya : Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Aceh Barat Daya Harus dikuasai oleh kader IMM, Terkait dengan kondisi
sosial,politik, penguasaan media dan lain-lainya.
SRATEGI DAN TAKTI (STRATAK)
PIMPINAN CABANG IMM ABDYA
Untuk
mempengaruhi kebijakan public tentu tidak semudah menuangkan air dalam gelas,
akan tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan namun butuh proses dan waktu,
Sehingga lahir sebuah ide tentang strategi dan taktik Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Aceh Barat Daya.
Pada
saat itu situasi dan kondisi di Kabupaten Aceh Barat Daya yang berjulukan
Nagari Breuh Sigupai jauh berbeda dengan kabupaten - kabupaten tetangga seperti
kabupaten induk sekalipun, baik ditinjau dari Bidang Agama, Sosial, pendidikan
dan politik dan lain-lain, cendrung berwarna sehingga dengan kondisi dan
situasi yang demikian menyebabkan pimpinan cabang ikatan mahasiswa muhammadiyah
di hadapkan oleh persoalan-persoalan yang terjadi sehingga imm harus benar-benar
jeli dan hati – hati dalam menyikapi serta mengambil kebijakan atas perkembang
isu yang sedang terjadi.
Dipertengahan
jalannya roda kepemimpinan organisasi imm aceh barat daya saat itu, memutuskan
dan memilih untuk menyikapi persoalan yang terjadi dibidang sosial dan
kemasyarakatan, sederentetan isu - isu sentralpun berkembang bak jamur yang
hidup dimusim hujan terkait adanya rumah miskin yang tidak layak huni, akses
jalan yang susah dalam perdesaan serta belum masuknya aliiran listrik di
perparah lagi dengan kondisi masyarakat
aceh barat daya yang taraf kehidupan
masih tergolong dibawah Garis kemiskinan dan dibawah ekonomi tingkat
menengah kebawah.
Sederentetan
isu itu pun terhimpun dalam terkumpul dalam bentuk data, sehingga menjadi
sebuah landasan dalam melakukan advokasi sebagai bentuk kepedulian terhadap
masyarakat. Tentunya untuk melakukan advokasi terkait dengan segudang persoalan
tersebut tidak serta merta langsung di lakukan akan tetapi harus berbasi pada
bukti dan fakta dilapangan, untuk memperoleh data dimaksud setiap kader IMM
Abdya cara turun langsung cross chek kelapangan, berkat tekat yang baik dan
pemupukan kebersamaan yang selama ini menjadi bangun Kristalisasi pergerakan
alaham dulillah data –data itu pun berhasil dikumpulkan. setelah data terkumpul
semua, kemudian baru adanya sebuah kajian dan diskusi terkait dengan semua data
yang telah dihimpun. dengan melibatkan setiap seluruh kader imm abdya sehingga dalam memahami setiap isu yang akan
diangkat seluruh kader imm bisa memahaminya.