.

Breaking News

Kamis, 14 Februari 2013

NEGERI HAYALAN

Mentari tersenyum
dihembus angin yang tanpa henti
Burung berkejaran
di tengah alam hijau berseri
O yaa…ya iya iya…
negeri yang ramah
Semua bersahabat
di dalam kehidupan yang hangat
Saling tegur sapa
saling perduli dan berbagi
O yaa…ya iya iya…
negeri yang ramah
……………………………….

Negeri Khayalan oleh Nicky Astria.
Lirik lagu diatas cukup mengusik pemikiran saya ketika mendengarkannya. Diiringi dengan alunan nada dan irama yang menghentak ditambah lagi dengan lantunan suara Nicky Astria semakin menambah daya tarik lagu tersebut untuk didengar.
Negeri Khayalan. Apakah ini suatu ungkapan yang cukup utopis, atau barangkali bisa terjadi di negeri ini ? Kurang lebih tiga tahun yang lalu saya pernah membuat suatu tulisan yang berjudul Ironi Sebuah Negeri Muslim. Tulisan itu menyajikan fakta yang terjadi di negeri ini. Sekumpulan fakta yang memperlihatkan tentang ironi di negeri yang konon katanya memiliki masyarakat agamis dan jumlah muslimnya paling banyak, kekayaan alamnya melimpah dengan panorama nan indah permai hijau berseri, masyarakatnya ramah dan gemar tolong menolong, gemar bermusyawarah untuk mencapai mufakat. Jika demikian, negeri ini mirip seperti lirik lagu diatas – “Negeri Khayalan”. Karena terinspirasi dengan lagunya Nicky Astria, kali ini saya ingin menulis tentang Ironi Sebuah “Negeri Khayalan”
Negeri ini memang sebuah negeri yang indah. Jika kita sering bepergian ke daerah-daerah di nusantara, kita akan berdecak kagum. Anugerah Tuhan di negeri ini cukup melimpah. Tak salah memang jika ada yang menyebut negeri ini sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Sebut saja beberapa ungkapan keindahan alam, mulai dari hutan rimba belantara,  sungai indah jernih yang  mengalir berkelok-kelok, air terjun dan telaga yang indah, hamparan perkebunan yang asri, pantai nan indah permai, padang pasir dan savana yang menghampar luas, semuanya dapat ditemukan di negeri ini. Keindahan tersebut semakin lengkap dengan keanekaragaman satwa yang ada. Tak ada yang meragukan kelimpahan keanekaragaman hayati di Indonesia. Selain keanekaragaman hayati yang melimpah, Indonesia juga kaya akan keanekaragaman sumber daya tambang dan mineral. Data-data dibawah ini menunjukkan hal tersebut :
(1) Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara penghasil beras, kopi, coklat, minyak sawit, lada putih, lada hitam, puli dari buah pala, karet alam, karet sintetis, tembaga, dan timah.
(2) Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara terbesar di dunia dalam menghasilkan biji-bijian hayati,  teh, nikel, emas, batubara.
(3) Indonesia memiliki panjang pantai 88.000 km (nomor 2 terpanjang di dunia) dan merupakan negara dengan areal terluas ke 15 di Dunia dengan luas sebesar 1,904,569 km2.
(4) Keanekaragaman mamalia Indonesia berada di urutan ke-2 di dunia, reptilia dan primata masing-masing di urutan ke-4. Keanekaragaman tumbuhan Indonesia menempati peringkat ke-5 dunia.
Data tersebut membuktikan bahwa negeri ini memiliki kelimpahan yang dahsyat dari sisi sumber daya alam dan mineral.  Bagaimana dengan human capital di negeri ini ?. Kelimpahan penduduk dari sisi kuantitas juga merupakan suatu kekayaan yang sangat tangguh jika dikelola dengan baik. Indonesia menempati peringkat ke-4 dalam jumlah penduduk sebanyak 241.973.879 jiwa dengan tingkat kepadatan 117 per km2.
Gabungan dari sumber daya alam dan manusia yang ditunjukkan diatas merupakan kombinasi yang tepat untuk membawa negeri ini layak menjadi “Negeri Khayalan” atau “Negeri Impian”-nya Katon Bagaskara. Berbagai kelimpahan tersebut seharusnya menjadikan negeri ini jauh lebih unggul dari Singapura atau Jepang yang miskin sumber daya alam dan miskin lahan. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Negeri ini mirip seperti negeri yang miskin lahan dan miskin sumber daya alam, Terkapar kelaparan di dalam lumbung padi yang melimpah.
Tak hanya itu, pengelolaan sumber daya manusia di negeri ini juga masih menyedihkan, manusia-manusia jenius di negeri ini kurang mendapatkan perhatian, kecuali hanya sebagian kecil. Human Development Index (HDI) Indonesia tahun 2008-2009 menempati urutan ke 111 dari 182 negara di dunia, coba kita bandingkan dengan negara Jepang yang pernah luluh lantak diterjang bom atom yang saat ini menduduki peringkat HDI ke-10 tertinggi di dunia setelah Norwegia, Australia, Islandia, Kanada , Irlandia , Belanda, Swedia, Prancis, Swiss.
Angka buta huruf di negeri ini mencapai +/- 15 juta jiwa. Kondisi ini tidak saja menyebabkan Indonesia termasuk dalam jajaran 30 besar negara di dunia yang mempunyai angka buta aksara di atas 10 juta orang, namun juga menambah ‘gelar’ Indonesia sebagai negara dengan penduduk buta aksara terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 1970-an banyak dokter dan doktor-doktor  Indonesia yang bekerja di Malaysia. Saat itu Malaysia amat kekurangan tenaga ahli namun saat ini yang terjadi adalah sebaliknya banyak buruh Indonesia yang bekerja di Malaysia.
Mungkin suatu ungkapan cibiran yang menyatakan “Indonesia Lebih Barat dari Negeri Barat” cukup layak disandang oleh negeri ini. Predikat-predikat di bawah akan menguraikan sisi lain dari Indonesia sebagai sebuah negeri yang penuh dengan pernak-pernik yang cukup membuat kita menjadi miris sebagai bangsa beragama yang kaya akan sumber daya alam. Peringkat korupsi di Indonesia masih tetap yang tertinggi di Asia Tenggara, upaya KPK tidak akan maksimal selama korupsi di wilayah Istana, Tentara, Tambang, dan “Pengusaha Naga”  masih belum tersentuh.
Dari sisi pornografi, Word Associated Press telah menobatkan Indonesia sebagai surganya pornografi terbesar kedua di dunia setelah Russia. Pemerintah AS yang dianggap sebagai negeri bebas telah memiliki UU Antipornografi (Child Obscenity and Pornography Prevention Act of 2002). Di Australia kepemilikan pornografi dianggap ilegal oleh The Australian Costums Service tahun 1995. Di Inggris lain lagi, tindakan mengambil, memamerkan atau memiliki foto tidak pantas dilarang oleh UU Protection of Children Act yang dikeluarkan pada 1978. Sedangkan di Jepang, persoalan pornografi diatur dalam Article 174 of Japanese Penal Code yang melarang gambar-gambar pornografi dicetak di media publik. Di Singapura dan Malaysia, majalah sekelas Popular saja sudah pasti akan dibredel oleh pemerintah setempat jika diperjualbelikan di tempat-tempat umum.
Di Amerika, akses terhadap komoditas ini sungguh sangat ketat dan terlokalisasi. China saja yang terkenal sebagai salah satu produsen media pornografi terbesar ternyata pemerintahnya melarang ketat akses tersebut bagi rakyatnya dengan mempekerjakan ratusan orang yang setiap hari kerjanya hanya mensortir dan memblok halaman web yang berhubungan dengan pornografi. Bagaimana dengan Indonesia ?. Berdasarkan pantauan tim SIGI di salah satu stasiun televisi swasta, salah satu kawasan di Jakarta yang dengan mudah diakses oleh publik dan bahkan di dekatnya terdapat pos aparat keamanan dapat dengan seenaknya menjual pernak-pernik pornografi. Butuh waktu 11 tahun bagi Undang-Undang Pornografi di Indonesia sejak dari pembahasan hingga penetapannya sebagai Undang-Undang di tahun 2008.
Seorang dosen UIN Syarif Hidayatullah mengemukakan hasil risetnya bahwa Indonesia konon adalah negeri Saba. Perlu penelitian lebih lanjut dan diskursus yang panjang untuk menguji kebenaran hal tersebut, namun demikian saya sangat setuju jika dikatakan Indonesia mirip negeri Saba. Negeri yang pernah diceritakan dalam kitab Tuhan ini merupakan negeri yang memiliki hasil alam yang melimpah, namun penduduknya kufur nikmat, melakukan perbuatan korupsi, pemimpinnya menyembah matahari dsb hingga akhirnya Tuhan mendatangkan bencana banjir besar yang menerjang bendungan di negeri tersebut. Negeri Saba akhirnya menjadi negeri yang tandus yang ditumbuhi oleh pepohonan yang pahit. Semoga saja negeri ini bukan negeri yang mirip dengan negeri Saba.
Sisi unik apalagi yang dapat ditilik dari negeri ini ? Tulisan ini tidak bermaksud untuk mencari-cari keburukan, tetapi merupakan bahan instrospeksi bagi diri kita semua termasuk diri saya sendiri untuk berusaha agar tidak menjadi bagian dari masalah apalagi menjadi biang masalah seperti yang diungkapkan di dalam tulisan ini. Berfikir dan melihat keadaan juga tak mesti selalu positif, bukankah dunia ini diciptakan seimbang oleh Tuhan? Demikian pula dalam berfikir, agar kreatif, gabungan antara berfikir positif dan negatif serta berfikir dengan logika lurus dan terbalik perlu dilakukan. Evaluasi atas satu keburukan sangat penting agar tidak terjerumus dalam keburukan yang sama. Beberapa sifat masyarakat negeri ini yang cukup unik, dan patut dicontoh jika semakin ingin membawa negeri ini menuju kemunduran dan keburukan, yaitu :
Sepakat Untuk Tidak Sepakat Melaksanakan Aturan – Banyak peraturan yang baik di negeri ini, tapi sebagian besar hanya untuk dilanggar. Tag line-nya adalah : “Mencari Celah yang Legal”.
Semos-Semos - Senang Melihat Orang Susah, Susah Melihat Orang Senang. Tempat bencana saja jadi ajang kampanye dan tontonan.
Lain Bicaranya, Lain Kerjaannya – Lihat saja para politikus yang pada “narsis”, sebagian besar merupakan pengikut ungkapannya Charles de Gaule. “Politisi tidak pernah percaya akan ucapan mereka sendiri, karena itulah mereka sangat terkejut bila rakyat mempercayainya“
Senang Bergosip – Acara gossip di negeri ini ratingnya paling tinggi, hingga akhirnya MUI mengeluarkan fatwa haram. Berbeda dengan penduduk Amerika, Singapura dan Inggris yang begitu antusiasnya ketika melihat tayangan National Geographic dan Serial Iptek dari BBC.
Pembajak dan Penjahat Maya – Angka pembajakan di negeri ini sangat tinggi. Data BSA tahun 2007 memeringkat negeri ini di urutan ke-12 sebagai negeri pembajak software terbesar. Negeri ini merupakan negeri hacker dan carder paling hebat di dunia.
Narsisme yang Tinggi – Berupaya dengan segala cara untuk menunjukkan kulit yang indah namun isinya kosong. Lihat saja di jalan-jalan, banyak sampah visual yang merusak pandangan mata. Budaya papan nama bertebaran di baliho dan spanduk.
Tipsani –  Tipu Sana Tipu Sini, mulai dari petinggi hingga rakyat kecil pun saling tipu untuk mencapai kekuasaan, memperoleh segenggam emas, berlian dan sekelompok wanita cantik. Ironisnya lagi, anggota dewan pun tak lebih baik dari mahasiswa yang paling pemalas sekali. Hobinya tipu-tipu dan titip absen.
Ingin Cepat Kaya – Apa saja yang berhubungan dengan sesuatu yang bisa membuat kaya mendadak pasti banyak peminatnya di negeri ini. Masyarakat negeri ini tidak memperhatikan proses untuk mendapatkan suatu hasil. Kultur status sosial dinilai dari materi merupakan salah satu penyebab suburnya korupsi di negeri ini. Proses apapun yang dilakukan untuk memperoleh harta dan materi demi mengejar status sosial yang tinggi tidak dipedulikan. Halal, haram dan hantam moto yang paling tepat untuk mengejar materi di negeri ini. Orang yang punya rumah dan mobil mewah dianggap sebagai orang yang memiliki strata sosial yang tinggi dan hidupnya diberkahi Tuhan, meskipun uang yang digunakan untuk memperolehnya dari hasil korupsi.
Beragama Tetapi Seperti Tidak Beragama – Penuhnya tempat ibadah di negeri ini ternyata banyak yang tak berimplikasi langsung pada perilaku individu di masyarakat, dunia kerja dan pemerintahan. Negara-negara yang banyak memiliki penganut atheis seperti Belanda, Denmark dan beberapa Negara lainnya di Eropa, sesungguhnya jauh lebih Islami dibandingkan dengan Negara Indonesia yang mengenal Islam. Prinsip membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat benar-benar diterapkan disana. Belanda mampu menggaji pengangguran sejumlah Rp. 8 juta perbulan. Ironisnya lagi, penduduk Denmark yang pernah menghina Rasul Tuhan, merupakan negara dengan tingkat kepuasan paling tinggi di dunia. Denmark bukan negara kaya, tapi penduduknya menerapkan rasa syukur yang tinggi. Mereka mengejar kesuksesan tapi tidak diperbudak materi. Intinya, bukan agama yang salah tapi mentalitas individunya yang sudah memang bejat dan bobrok. Seandainya saja Tuhan masih memperkenankan turunnya Nabi setelah Muhammad, mungkin Indonesia lebih cocok menjadi negeri tempat turunnya nabi terakhir tersebut untuk memperbaiki mentalitas sebagian besar masyarakatnya yang sudah parah dan bedebah bahkan mungkin lebih parah dan dari mental masyarakat Arab Jahilliyah.
Senang yang Sulit dan Rumit – Kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah ?, Ini  tag line paling top untuk birokrasi pemerintahan kita. Aturan-aturan yang ada di negeri ini cenderung mempersulit dan berbiaya tinggi. Birokrasi yang berbelit-belit diciptakan untk mencari celah agar pungutan-pungutan liar dapat dengan mudah diperoleh.
Negeri para Ahli Hisap – Dari menghisap rokok sampai menghisap ganja ditambah lagi dengan narkoba dan lainnya. Lihat saja daftar orang terkaya di Indonesia, bos pemilik rokok ternama semuanya masuk dalam daftar tersebut. Negeri ini paling hebat kalau soal menghisap [termasuk menghisap uang rakyat].
Perusak Lingkungan – Dari tahun ke tahun hutan makin banyak yang menyusut dan gundul, alam banyak yang semakin murka akibat penghuninya tak lagi ramah.

Lebih Bangga dengan Bahasa Asing dibanding dengan Bahasa Sendiri
– Prof. Suwardjono pernah berkata, bahasa itu yang penting mengerti maksudnya, untuk apa harus berbahasa dengan baik. Kalimat tersebut merupakan sindiran atas keprihatinan beliau terhadap cara berbahasa masyarakat Indonesia yang sangat membangga-banggakan bahasa asing. Lihat saja pejabat-pejabat yang senang menggunakan istilah-istilah asing untuk berkomunikasi dengan rakyatnya  Memiliki kemampuan berbahasa asing memang sangat dibutuhkan di era globalisasi saat ini, tetapi penggunaannya harus disaat yang tepat, pada tempatnya dan pada orang yang tepat.
Entah benar atau tidak hasil pengamatan ini, namanya juga opini. Sejatinya masih banyak di negeri ini orang-orang yang baik, tetapi kebanyakan tersingkir dari sistem dan yang jujur biasanya tersungkur apalagi kalau di birokrasi pemerintahan. Tapi yang harus diingat, Tuhan selalu menciptakan alam ini dengan keseimbangan. Kejahatan selalu diiringi dengan kebaikan, ketika sudah terlalu banyak pendekar bertopeng berwatak jahat dan tangan-tangan jahil di negeri ini yang mencabik-cabik alam dan manusia, kebaikan pasti akan segera datang. Kalau dalam film action, pembasmi kejahatan biasanya muncul belakangan setelah kejahatan merajalela. Namun kebaikan itu juga mesti punya syarat jika masyarakatnya punya komitmen untuk berubah. Jika tidak ?. Ya tetap tidak akan berubah.
Semoga saja negeri ini bisa menjadi Negeri Khayalan dan Negeri Impian bagi masyarakatnya dan bukannya menjadi Negeri Saba yang dikutuk Tuhan. Jika kita saat ini merupakan bagian dari masalah, mari sedikit demi sedikit kita berubah agar tidak menjadi bagian dari masalah. Kampanyekan perubahan diri pribadi baru kita mengkampanyekan perubahan dalam suatu kelompok.  Jika dalam suatu kelompok kita tidak punya “ajian sakti mandraguna” yang bisa memutar dan mengarahkan arus, ada saatnya kita harus melawan arus secara perlahan, namun ada saatnya juga harus mengikuti arus. Namun demikian jgan hanyut dan terlena terbawa arus atau melawan arus secara frontal, nanti kelelep kalau ilmunya belum cukup.
Jika memang belum mampu berbuat apa-apa, paling tidak menerapkan filosofi ikan laut adalah yang terbaik. Memiliki daging yang tetap tawar meskipun hidup di air yang asin. Mereka yang mampu memutar dan mengarahkan arus itulah yang disebut agen perubahan (agent of change). Pintar dan “pintar-pintar” dalam setiap keadaan sangat penting terutama dalam menghadapi “pendekar-pendekar bertopeng” yang sering menggunakan jurus-jurus dan totokan maut yang tak terduga.
Negara ini memang masih morat-marit dengan seabrek-abrek masalah baik secara material, mental maupun moral. Rezeki, kesempatan, keberuntungan dan kesuksesan itu tidak bergantung kepada negara tetapi bergantung kepada Tuhan Pencipta Manusia dan keinginan kita untuk berubah. Tetaplah lakukan yang terbaik siapa tahu suatu saat dengan kebaikan yang kita lakukan, kita dapat membasmi para pendekar-pendekar bertopeng yang sedang merajalela di negeri kita, negeri yang digambarkan seperti pada bait-bait lagu Nicky Astria. “Negeri Khayalan”
Salam Kompasiana

Komentar Anda Disini !

Copyright © 2010 - Abdyanews
Designed By Xplory Design